Pengin Punya Berapa Anak?

Salah satu diskusi sebelum memutuskan menikah adalah soal jumlah anak. “Pengen punya anak berapa?” Jawaban dari pertanyaan ini semestinya disepakati oleh calon suami dan calon istri, sehingga kedua belah pihak merasakan tanggung jawab yang sama atas anak-anak yang akan lahir dari buah cinta mereka. Anak memang dikandung, dilahirkan dan disusui oleh ibu, namun ayah harus bertanggung jawab penuh atas jumlah dan kebaikan mereka.

Di Indonesia, keluarga dengan banyak anak sudah dikenal sejak jaman dulu kala. Itulah sebabnya pemerintah di zaman Orde Baru gencar melaksanakan program KB. Seiring dengan perkembangan zaman, keluarga dengan banyak anak sudah semakin berkurang. Jaman kakek nenek dan orang tua kita dulu, banyak dijumpai satu keluarga memiliki sepuluh sampai duapuluh anak.

Untuk jaman modern sekarang ini, satu keluarga dengan lebih dari sepuluh anak sudah menjadi peristiwa langka. Kabarinews.com memberitakan tentang keluarga Aris (59) dan Rusiyah (53) yang tinggal di Desa Kutaliman, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Keluarga ini memiliki 17 anak selama 40 tahun pernikahan. Semua anak lahir lewat persalinan normal, dan tanpa seorang pun yang kembar.

Rusiyah menikah di tahun 1974 ketika masih berusia 14 tahun. Setelah menikah, segera lahirlah anak-anak dengan jarak kelahiran yang amat dekat. Anak-anak itu adalah Darmiati (39), Darsito (36), Darsini (35), Saripin (33), Saliyah (31), Rikoh Riyanto (29), Eliyanto (27), Heki Setiowati (26), Kiki Novita Wulandari (21), Nova Andiana (19), Zaena Rislamuna (17), Apri Setiawan (15), Febby Ayuningsih (12), Alif Nanda Saputra (10), Nevalina (9), dan Faditya (8). Anak keempat, Septi Melani, meninggal dunia di usia 3 tahun karena sakit.

Sebenarnya Rusiyah sempat mengikuti program KB untuk membatasi kelahiran anak, tapi badannya menjadi tak sehat, kering, lemas, dan berat badan turun. Tidak tahan dengan kondisi itu, ia berhenti KB, maka lahirlah anak-anak hingga mencapai 17 orang. Untuk membiayai hidup keluarga besarnya, Aris mengandalkan beternak kambing, yang berjumlah 20 ekor. Ia juga memiliki beberapa hektar sawah untuk menambah penghasilan.

Mereka tinggal di sebuah rumah yang memiliki 8 kamar tidur, masing-masing ditempati 3 - 4 anak. Rumah itu hanya memiliki satu kamar mandi untuk semua. Bisa dibayangkan, mereka pasti mengantri ketika hendak mandi. Untuk keperluan mandi, satu batang sabun habis dalam dua hari. Pasta gigi ukuran besar habis dalam seminggu. Waw, luar biasa serunya ya….

Keluarga Besar Di Amerika

Bukan hanya di Indonesia atau negara-negara yang sering disebut sedang berkembang, di negara yang mengaku maju seperti Amerika Serikat juga dijumpai fenomena keluarga besar. Viva.co.id memberitakan keluarga di Amerika Serikat yang bangga memiliki jumlah anak yang banyak.

Gil (49 tahun) dan Kelly Bates (47 tahun) sudah memiliki 18 anak kandung, namun pasangan asal Tennessee, Amerika Serikat, itu masih berencana menambah anggota anak lagi. Pada tahun 2015 ini, anak tertua dalam keluarga itu berusia 26 tahun, sedangkan yang terkecil 5 tahun. Gil menyatakan tidak pernah merencanakan untuk memiliki 18 anak tersebut, karena mereka menjalaninya secara alami.

Keluarga Bates merupakan penganut Kristen Evangelis yang tidak memperbolehkan penggunaan kontrasepsi buatan. Kelly hampir selalu hamil setiap tahun selama 22 tahun. Sebanyak 18 anak itu adalah Zach (26), Michaella (25), Erin (24), Lawson (23), Nathan (22), Alyssa (20), Tori (19), Trace (18), Carlin (17), Josie (16), Katie (14), Jackson (13), Sipir (12), Yesaya (10), Addallee (9), Ellie (8), Callie (6), dan Judson (5). “Mereka semua begitu berbeda, tak ada yang sama wajahnya,” kata Kelly.

Kelly melewati 18 kali persalinan secara normal. Keseluruhan anaknya tidak ada yang kembar. Bahkan, 14 persalinan dilakukan di rumah berkat bantuan bidan, yang artinya tanpa metode persalinan modern. Hampir semua persalinan berjalan lancar tanpa kendala, kecuali persalinan anak ke-15 yang lahir prematur namun tetap bisa bertahan hidup.

Awal tahun 2011, Kelly sebenarnya hamil anak ke-19. Namun, janinnya gugur di minggu-minggu awal usai tes kehamilan positif. Sembari terus berdoa, mereka mencoba berbagai upaya medis agar Kelly bisa hamil lagi. Kelly menjalani terapi hormon untuk mempertahankan kesuburannya. Mereka tidak pernah putus asa untuk menambah jumlah anak. “Kami melakukan upaya untuk memaksimalkan kesempatan hamil lagi,” kata Kelly.

Mengenai jumlah anak yang banyak tersebut, mereka berdua memiliki alasan dan keyakinan. “Kami biarkan Tuhan menentukan berapa banyak anak untuk kami,” kata Kelly. Sedangkan Gil meyakini, “Semakin banyak anak semakin banyak berkat.”

Keluarga Bates tinggal bersama di sebuah rumah dengan lima kamar tidur. Dengan 20 orang hidup dalam satu atap, mereka harus berbagi perhatian dan fasilitas rumah.

Fenomena banyak anak di Amerika ternyata juga dikenal di lingkungan para politisi. Kompas.com memberitakan, dalam perpolitikan di Amerika, dikenal pula para politisi dari Partai Republik yang memiliki banyak anak. Di antaranya adalah tokoh Partai Republik, Mitt Romney, memiliki lima anak laki-laki. Anggota Parlemen AS asal Texas, Ron Paul, juga punya lima anak. Mantan Senator Rick Santorum, memiliki tujuh anak. Politisi Republik lainnya, Jon Huntsman, memiliki tujuh anak, serta Michele Bachmann memiliki lima anak, ditambah 23 anak angkat.

Keluarga Besar di Berbagai Negara

Keluarga yang memiliki banyak anak, dikenal pula di hampir semua negara. Dunia mencatat ada beberapa keluarga yang memiliki jumlah anak dalam jumlah yang sangat banyak. Sebuah daftar dilansir oleh vemale.com mengutip dari beforeitsnew.com, tentang keluarga dengan jumlah anak yang paling banyak.

Di antaranya adalah Keluarga Vassilyev yang memiliki 69 orang anak, 16 di antaranya kembar, 7 pasang di antaranya kembar tiga. Anak-anak keluarga Vassilyev tidak semuanya bertahan hidup hingga dewasa. Dua anak meninggal ketika masih bayi. Vassilyev masih memiliki 67 orang anak lainnya yang hidup bersama sebagai keluarga besar.

Berikutnya keluarga Albina yang tinggal di Chili. Mereka dianugerahi 64 orang anak. Kesemuanya adalah anak kandung dari pernikahan mereka. Nyonya Albina menikah dengan tuan Albina pada saat ia masih berusia 12 tahun, sedangkan tuan Albina berusia 30 tahun. Keluarga tersebut tinggal di rumah yang sama hingga anak-anak dewasa.

Keluarga Daad sangat istimewa. Disebut Klan atau keluarga Daad karena kepala keluarganya bernama Daad Mohammed, tinggal di Uni Emirat Arab. Keluarga ini dianugerahi 88 orang anak dari 17 istri yang pernah dinikahinya. Daad sempat bercerita bahwa ia melakukan hubungan intim dengan istri-istrinya setiap hari. Dua kali di siang hari, dan tujuh kali di malam harinya.

Di India dilaporkan tentang keluarga Chana. Ziona Chana tinggal di India bersama keluarga besarnya. Ia memiliki rumah yang sangat besar dengan 100 buah kamar di dalamnya. Ziona tinggal di kawasan Baktawng, India, bersama 30 orang istri, 94 orang anak dan 33 orang cucu. Ia mengaku menikahi 10 wanita dalam setahun. Karena itulah ia memiliki jumlah anak yang cukup fantastis.

Berikutnya adalah keluarga Duggar. Sesungguhnya keluarga Duggar termasuk keluarga modern, namun mereka tidak pernah khawatir akan jumlah anak yang banyak. Mereka dikaruniai 20 anak kandung. Michelle Duggar dan suaminya Jim Bob telah menikah selama 31 tahun dan saling mencintai satu sama lain. Keluarga ini berkomitmen untuk memiliki banyak anak dan tidak menolak kehadiran mereka.

Utamakan Kualitas Anak

Tentu saja ini bukan perlombaan berbanyak-banyak jumlah anak. Slogan KB di Indonesia saat ini adalah “dua anak lebih baik”, untuk menggantikan slogan lama “dua anak cukup”. Tujuan utama dari program KB adalah membatasi jumlah kelahiran demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Saya lebih menggarisbawahi kata kunci peningkatan kualitas SDM tersebut. Karena pada hakikatnya, yang menjadi masalah utrama pembangunan bukan jumlah (kuantitas) penduduk, namun kualitas penduduk.

Darlis Darwis dalam tulisannya “Kependudukan dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi Guna Pembangunan Nasional” menyatakan, “Hubungan antara jumlah dari aspek kuantitas dan kualitas dapat bersifat negatif maupun positif. Penduduk besar atau banyak berkualitas dapat menjadi modal dalam pembangunan, sebaliknya penduduk besar atau banyak akan menjadi beban bagi pembangunan jika kualitasnya rendah. Jumlah penduduk sedikit namun berkualitas meskipun sumber alam terbatas, pertumbuhan ekonomi dapat berkembang atau tumbuh dengan pesat,sebaliknya jumlah besar atau banyak kualitas sumber daya manusianya rendah, meskipun sumber daya alam banyak (baca:kaya) akan berdampak kepada kondisi ketahanan nasional”.

Lebih lanjut Darwis menuliskan, “Berbagai bukti empiris menunjukkan bahwa  kemajuan suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM); dan bukan oleh melimpahnya sumber daya alam (SDA). Negara-negara maju saat ini pada umumnya tidak mempunyai SDA yang memadai tapi mempunyai SDM yang tangguh. Sebaliknya banyak negara berkembang (termasuk Indonesia) mempunyai SDM yang melimpah, tapi tanpa diimbangi dengan SDM yang baik, tetap tertinggal dari negara-negara yang sudah berkembang”.

Sebagaimana diketahui, China adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Namun dengan kualitas SDM yang unggul, China saat ini menguasai perekonomian dunia. Disusul dengan India yang menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua, disusul Amerika di urutan ketiga dan setelah itu Indonesia di urutan keempat. Yang diperlukan oleh masyarakat Indonesia adalah peningkatan kualitas penduduk yang akan membuat Indonesia bukan hanya menjadi negara maju, namun juga bermartabat mulia.

Maka, penting bagi kita semua untuk selalu berusaha mencetak anak-anak berkualitas, sebagai modal utama untuk memajukan Indonesia dan memuliakan martabat bangsa.

Bahan Bacaan :
Pipiet Tri Noorastuti, Kisah Keluarga Miliki 18 Anak Kandung, viva.co.id, 25 Agustus 2011
http://jabar.bkkbn.go.id
http://www.kabarinews.com
http://www.kompas.com
http://www.vemale.com

Sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2015/04/18/pengin-punya-berapa-anak-738936.html

Posting Komentar untuk "Pengin Punya Berapa Anak?"